Kandang Susu
Awan dalam Segelas Susu
Kalau kita membaca buku-buku spiritualitas atau filsafat,kita akan banyak menemukan pernyataan yang intinya bahwa satu hal kecil bisa membuat kita melihat keseluruhan dunia. Tentunya orang awam seperti saya akan kebingungan setengah mati bagaimana cara kita melihat awan dalam segelas susu, melihat sapi dalam sepotong roti atau bahkan melihat dunia ini dalam seonggok daging yang membusuk.
Thich Nhat Hanh dalam bukunya yang berjudul No Death No Fear tidak hanya menjelaskan bagaimana kita melihat kematian dengan indahnya. Kematian tidak lain hanya merupakan salah satu "fase manifestasi", "fase melanjutkan" bagi semua mahluk hidup. Seperti halnya air selokan yang mengalir ke sungai, kemudian ke laut, menjadi awan dan akhirnya turun kembali sebagai air hujan yang murni. Perenungan akan ketidak kekalan dan tahapan-tahapannya memungkinkan kita memandang dengan lebih mendalam. Pada akhirnya hal ini mengakhiri penderitaan dan ketakutan yang banyak disebabkan oleh ketakutan akan perubahan dan kematian.
Nhat Hanh menjelaskan bahwa pada dasarnya tidak ada dalam dunia ini yang meng-ada alias eksis dengan sendirinya, hanya dengan satu faktor. Ada banyak faktor lainnya yang memungkinkan sesuatu itu menjadi meng-ada sehingga terjadi saling meng-ada-kan. Misal kita melihat es krim, lalu kita hilangkan unsur awan dalam es krim, niscaya es krim tidak akan pernah ada. Awan berubah menjadi air hujan, menumbuhkan rumput. Rumput dimakan sapi yang menghasilkan susu. Susu diolah menjadi es krim. Dengan demikian jika awan tidak ada makan es krim pun tidak akan ada. Susu pun tidak mungkin berubah menjadi es krim jika tidak ada sapi yang memerahnya, jika tidak ada yang mengolahnya menjadi es krim.
Kita dilahirkan setiap saat, setiap waktu, bukan suatu saat nanti. Bayangkan, setiap saat, sel tubuh kita berjatuhan dan digantikan oleh yang baru. Setiap saat memperbaharui diri. Kita dilahirkan kembali setiap waktu. Kita dilahirkan kembali oleh pikiran, kata-kata dan perbuatan kita juga. Pikiran, kata, dan perbuatan yang baik akan melahirkan kita yang baik, begitu juga sebaliknya. Dikatakan bahwa gerakan sayap kupu-kupu mempengaruhi bintang nun jauh di sana, begitu juga dengan pikiran, kata dan perbuatan kita baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang dan mahluk lain.
Ketidak kekalan merupakan hal yang patut disyukuri sebab hanya dengan demikian kita tumbuh dan berkembang. Bayangkan, jika ketidak kekalan tidak ada, maka bayi tidak akan tumbuh dewasa, para pemimpin tua tidak akan tergantikan, anak-anak tetap menjadi anak-anak, si miskin tidak mungkin menjadi kaya bagaimana pun kerasnya berusaha.
Ketidak kekalan memungkinkan kita menghargai saat ini, dan menyayangi dengan lebih baik. Bayangkan, 300 tahun mendatang, di mana Anda akan berada? di mana saya berada? ah jangankan 300, 50, 10, atau mungkin besok, kita tidak pernah tahu di mana kita berada. Setiap kali kita marah pada keluarga, teman, suami atau istri, bayangkan, dan ingatlah 300 tahun mendatang di mana Anda akan berada? di mana ia akan berada? kita tidak pernah akan tahu. Maka, seketika, alih-alih marah kita akan mengatakan dan merasa "bahagia rasanya kau masih hidup" bagaimana mungkin kita akan marah? bodoh sekali rasanya kita saling kesal dan marah dalam perjumpaan yang sangat singkat ini.
Posting Komentar